9 KITAB YANG TERMASYUR PENINGGALAN KERAJAAN BESAR DI NUSANTARA

Indonesia zaman dulu merupakan negara dengan peradaban yang sangat masyhur dan sangat disegani dunia. Bukti-bukti sejarah telah menjelaskan keperkasaan Negeri Nuswantara pada zaman dulu. Banyak ditemukan peninggalan-peninggalan sejarah berupa bangunan, prasasti, dan juga kitab kitab kuno yang didalamnya berisi karya tulisan yang mengagumkan.

Kejaayaan Nusantara zaman dulu telah melahirkan karya-karya hebat yang begitu berpengaruh di dunia. Sebut saja kitab-kitab kuno peninggalan Kerajaan Nusantara ini.

Sejarah mencatat bahwa kerajaan di Indonesia banyak sekali, dan bahkan wilayah kekuasaannya meliputi Asia Tenggara dan bahkan hampir seluruh Asia. Sebut saja seperti Kerajaan/ Kedatuan Luwu, Kerajaan Kalingga, Majapahit, dan Sriwijaya.

Masa kejayaan kerajaan kerajaan besar di Nusantara terbukti, ketika mampu menghasilkan karya yang luar biasa berupa kitab dari goresan tinta tokoh berpengaruh di zamannya.

Dan berikut, inilah kitab kuno peninggalan kerajaan kerajaan besar Nusantara:

1. Kitab I La Galigo


Kitab ini memuat halaman sebanyak 6.000, baris teks sejumlah 3.000 serta manuskrip folio sebanyak 12.000 sehingga La Galigo dijuluki sebagai karya sastra terpanjang di dunia yang pernah ada. 

Pembuatan Kitab I La Galigo dilakukan pada masa abad ke-11 hingga abad ke-13 Masehi. Merupakan warisan sejarah dari Kerajaan Luwu sekaligus kerajaan tertua di pulau Sulawesi. 

Huruf yang tertulis dalam kitab ini merupakan huruf lontara kuno yang tidak dapat dieja sembarang orang.

Karya sastra ini mengisahkan penciptaan manusia serta tuturan hebat yang diwariskan secara turun-temurun. Kitab I La Galigo diyakini sudah ada sebelum kitab Mahabarata yang ditulis di India. 

Kini, sebagian besar manuskrip asli Kitab I La Galigo masih disimpan rapi di Museum Leiden Amsterdam, Belanda.

2. Kitab Arjuna Wiwaha



Kitab ini sudah ditulis sejak abad ke-11 Masehi. Pada masa pemerintahan Prabu Airlangga yang menguasai Jawa Timur dari tahun 1019 sampai 1042 itu, Mpu Kanwa sudah mulai menulis kitab ini. Kitab ini berisi syair yang menceritakan tentang sosok Arjuna yang merupakan salah satu tokoh pewayangan hebat.

Dikisahkan bahwa Arjuna sedang bertapa di Gunung Mahameru. Arjuna sedang diuji dengan dihadirkannya tujuh bidadari cantik. Namun, ia juga disuruh melawan sosok raksasa yang sedang mengganggu kahyangan. Arjuna mampu mengatasi tantangan itu dan akhirnya dapat menikahi ketujuh bidadari itu. Karya sastra dalam kitab ini menunjukkan bahwa manusia sudah mulai mengenal dan mampu menulis pada masa itu walaupun hanya kalangan tertentu saja.

3. Serat Centini



Kitab ini berisi tentang kumpulan syair atau tembang jawa yang dihimpun oleh Raja Pakubuwana V pada abad pertengahan 18 sampai awal abad ke 19. Kitab ini merupakan karya sastra terbesar dalam kesusastraan jawa baru. Karya-karya tersebut berisi tentang tradisi, ilmu pengetahuan serta karya-karya lainnya.

Dalam proses penulisannya, Raja Pakubuwana dibantu oleh tiga Pujangga Istana sehingga dapat merangkum semua karya sastra sehingga tetap terjaga kelestariannya. Di masa modernini, Serat Centini dibukukan dalam bentuk novel trilogi sehingga dapat dibaca dengan mudah.

4. Kitab Mahabharata



Kitab kuno peninggalan sejarah di Indonesia berikutnya adalah Kitab Mahabharata, kitab ini dikarang oleh Resi Wiyasa.diperkirakan hidup pada abad ke-12 pada masa Maharaja Jayabaya.


5. Kitab Ramayana



Kitab kuno bersejarah ini dikarang oleh Empu Walmiki. Ia memperkenalkan sloka dan terlahir dengan nama "Ratnakara".

6. Kitab Smaradahana




Kitab kuno Smaradahana dikarang oleh Empu Darmaja. Adalah sebuah karya sastra Jawa Kuno dalam bentuk kakawin yang menyampaikan kisah terbakarnya Batara Kamajaya.

Dalam kitab Smaradahana, disebut-sebut nama Raja Kediri Prabu Kameswara yang merupakan titisan Dewa Wisnu yang ketiga kalinya dan berpermaisuri Sri Kirana Ratu putri dari kerajaan Jenggala.

7. Kitab Bharatayuda



Kitab ini dikarang oleh Empu Sedah dan Empu Panuluh. ditulis pada tahun 1157 oleh Mpu Sedah atas perintah Maharaja Jayabhaya, raja Kerajaan Kadiri. Sebenarnya kitab baratayuda yang ditulis pada masa Kediri itu untuk simbolisme keadaan perang saudara antara Kerajaan Kediri dan Jenggala yang sama sama keturunan Raja Erlangga . Keadaan perang saudara itu digambarkan seolah-olah seperti yang tertulis dalam Kitab Mahabarata karya Vyasa yaitu perang antara Pandawa dan Kurawa yang sebenarnya juga keturunan Vyasa sang penulis.Kedua Empu hidup pada zaman kerajaan Kediri, dengan Raja Jayabaya.

Kisah Kakawin Bharatayuddha kemudian diadaptasi ke dalam bahasa Jawa Baru dengan judul Serat Bratayuda oleh pujangga Yasadipura I pada zaman Kasunanan Surakarta.

Di Yogyakarta, cerita Baratayuda ditulis ulang dengan judul Serat Purwakandha pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwana V. Penulisannya dimulai pada 29 Oktober 1847 hingga 30 Juli 1848.

8. Kitab Negarakertagama



Kitab yang ditulis oleh Mpu Prapanca ini merupakan sumber valid untuk mengetahui kerajaan Indonesia di masa itu. Kitab ini sudah ditulis sejak tahun 1365 M atau bisa disebut Tahun Saka 1287. Apabila kitab ini diartikan, nama Kertagama memiliki arti negara yang memiliki tradisi agama yang suci. Di dalam kitab ini memuat beberapa isi tentang keberadaan Kerajaan Majapahit, silsilah Kerajaan Majapahit, wilayah Kerajaan Majapahit, keadaan kerajaan, upacara Sradha serta kerajaan-kerajaan kecil dibawah kekuasaan Kerajaan Majapahit.

Semua isi dalam kandungan Kitab Negarakertagama ditulis pada masa pemerintahan Sri Rajasanagara atau yang biasa disebut Raja Hayam Wuruk. J.L.A Brandes merupakan seorang peneliti yang pertama kali menemukan kitab ini pada tahun 1849. Di dalam kitab juga terdapat syair kuno Jawa yang biasa disebut kakawin. Hal ini semakin memperkuat bahwa pada masa itu kerajaan hebat pernah berdiri di Indonesia dengan tradisinya yang sangat tinggi sehingga mampu menghasilkan karya seni yang luar biasa.

9. Kitab Sutasoma



Kandungan isi dalam Kitab Sutasoma berisi syair jawa kuno atau kakawin yang telah digubah oleh Mpu Tantular. Semua perjalanan kisah hidup seorang Pangeran Sutasoma dari negeri Hastinapura telah tertulis dalam kitab ini. Pangeran Sutasoma mengungkapkan bahwa ia menenemukan arti hidup sesungguhnya dalam kitab ini. Paras tampan Pangeran Sutasoma pada masa itu dianggap setara dengan ketampanan salah satu Putra Pandu Dewanata yaitu Arjuna.

Tapi, ia lebih memilih hidup sebagai seorang petapa demi mencapai keutamaan hidup yang sebenarnya. Ada banyak kutipan berharga dalam kitab ini. Bahkan, semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang merupakan semboyan negara kita juga diambil dari kitab ini. Kitab yang ditulis sejak abad ke-14 ini selalu mengajarkan toleransi antar umat beragama.

Itulah cerita kehebatan hasil karya di masa lalu berupa kitab kitab yang bersejerah di Nusantara yang banyak mempengaruhi peradaban di masa lalu. Semoga dengan membaca sejarah kitab kuno ini, kita sebagai generasi bangsa dapat lebih mengerti akan sejarah bangsa kita sendiri, dan tentunya lebih menghargai sejarah dimasa lalu.

_post AHP

Komentar